Masih seminggu lagi, tapi gak sabar banget rasanya menunggu seri terakhir kejuaraan dunia Formula 1 yang akan digelar di sirkuit padang pasir Yas Marina di Abu Dhabi pada akhir pekan depan ini. Banyak penggemar Formula 1 mengganggap seri ini tidak akan seru lagi. Bukan hanya gelar juara dunia yang sudah dikunci Lewis Hamilton pada seri yang digelar di Austin, Amerika Serikat, saat gelaran masih menyisakan 3 seri lagi, gelar runner-up pun sudah dikunci rekan setimnya di Mercedes, Nico Rosberg, pada seri balapan yang digelar di sirkuit Interlagos, Brazil, minggu lalu. Dengan menempatkan dua pembalapnya sebagai juara dan runner-up, jelas juara dunia konstruktor pun sudah berada di genggaman tim Mercedes. Sementara urutan ke-3 pun sudah pasti berada di tangan pembalap Sebastian Vettel yang membalap untuk tim Ferrari.

Karena sudah tidak ada yang dipertaruhkan lagi, banyak yang menganggap balapan sudah tidak akan seru lagi karena praktis tidak ada lagi gelar kejuaraan yang dikejar. Tapi saya menduga yang terjadi justru sebaliknya. Dalam balapan di seri-seri sebelumnya. pembalap fokus pada mengejar jumlah poin sebanyak-banyaknya untuk menjaga kesempatan meraih gelar juara. Dalam kondisi seperti ini kebanyakan pembalap akan menjaga keseimbangan antara mengejar posisi terdepan supaya mendapatkan poin sebanyak-banyaknya sambil tetap mengelola resiko supaya tetap berada dalam posisi aman dan tidak mengalami hal buruk yang dapat membuatnya justru kehilangan poin. Contoh saja, pembalap yang berada di posisi kedua misalnya, mungkin akan memilih bermain aman dan tidak bertarung mengejar pembalap didepannya untuk mendapat tambahan 5 poin dengan resiko kecelakaan yang dapat membuatnya justru kehilangan 20 poin.

Saya justru berharap sebaliknya. Saat membalap tanpa beban dan tanpa resiko, mereka akan tampil habis-habisan.

Saya kira soal keselamatan, pembalap sejati sama dengan pebisnis ulung, mereka tahu persis mengelola resiko, tahu persis batas maksimal, dan tidak ragu untuk sekali-sekali melangkah melampauai batas itu jika memang diperlukan. Selain itu pastinya semua pembalap tahu kecanggihan sistem keamanan balapan kelas dunia seperti Formula 1, dari mulai regulasi sampai perangkat yang dipakai, tidak hanya di mobil dan mesin tetapi juga yang menempel di badan pembalap seperti pakaian, helm, HANS, dll. Tidak ketinggalan juga soal trek balapan, dari rancangan sirkuit, kualitas aspal, sampai fasilitas pendukung dari mobil derek sampai dokter yang stand-by duduk di dalam mobil ber-spek balap dengan mesin hidup.

Apakah Hamilton Mendukung Rosberg?

Meskipun tidak seheboh kasus di MotoGP yang melibatkan Valentino Rossi, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo, saya mendapat kesan bahwa Lewis Hamilton membantu rekan setimnya Nico Rosberg untuk mengunci posisi runner-up secepatnya. Hamilton punya kecepatan yang sangat bagus dan secara konstan menguntit Rosberg dari jarak yang cukup dekat. Tetapi sepanjang balapan sama sekali tidak terlihat upayanya untuk menyalip. Alih-alih menyalip, dia seperti berusaha tetap menyelip diantara Rosberg di depan dan Vettel yang membayangi di posisi ke-3. Nampak jelas bahwa selain tidak berusaha mengejar, Hamilton juga berusaha melindungi Rosberg dari kemungkinan tekanan Vettel yang meskipun mungkin Ferrari tidak sekencang Mercedes, tapi kombinasi pengalaman dan determinasi bisa saja membuat pembalap Ferrari itu sanggup membalik keadaan.

Tentu ini tidak lepas dari soal hitung-hitungan angka. Kalau sampai Hamilton lengah mengawal Rosberg dan Vettel lolos dan berhasil menyalip Hamilton dan menempel Rosberg di posisi kedua, maka gelar runner-up baru bisa ditentukan di seri terakhir. Apalagi kalau sampai Vettel kemudian juga berhasil menyalip Rosberg, selain penentuan gelar runner-up harus menunggu satu seri lagi, situasi juga berbalik, kans Vettel jadi lebih baik dari Rosberg. Demikian juga kalau Hamilton mengejar ambisinya sendiri dan menyalip Rosberg untuk meraih kemenangan. Situasinya akan sama, apakah Vettel menempel Rosberg di posisi ke-3 tau Vettel lalu juga berhasil menyalip Rosberg dan bertukar posisi.

Pastinya tidak seperti ributnya para pendukung Rossi di MotoGP, saya merasa kalau benar Hamilton “mengalah” dan mendukung Rosberg, sah-sah saja. Sama sekali tidak ada yang salah dengan itu. Justru bagus, menekan ego sendiri demi tim yang dibela bersama.