Pernah mendengar bahasan mengenai perbedaan antara bos dan pemimpin? The difference between bosses and leaders? Sepertinya sudah jadi makanan sehari-hari ya, terutama di kalangan para karyawan, entah melalui obrolan atau dibagi kesana kemari melalui kanal-kanal social media. Post, share, tag, tweet, retweet, dan entah apalagi. Biasanya esensinya sama saja, bos digambarkan memiliki karakter yang buruk dan tidak menyenangkan sementara pemimpin digambarkan sebagai sosok yang berbeda 180 derajat. Pada dasarnya menekankan agar mereka yang berada pada posisi tersebut bersikap dan bertindak tidak seperti bos tetapi seperti pemimpin.

Saya sengaja menulis frasa “di kalangan para karyawan” dengan penekanan khusus, tercetak tebal dalam tulisan miring. Nanti kita akan lihat sendiri mengapa saya merasa perlu melakukannya. Sekarang coba lihat dulu gambar di bawah ini. Meskipun kata-kata yang dipilih berbeda-beda, urutan dan isinya tidak sama, tapi kurang lebih begitulah biasanya esensinya.

perbedaan-antara-bos-dan-pemimpin-ori

Nah sekarang, disadari atau tidak, biasanya opini seperti itu, ajaran tentang perbedaan antara bos dan pemimpin, beredar di kalangan para anak buah. Di kalangan para bos dan para pemimpin sih nggak ada, kalaupun ada ya nggak ngaruh juga. Biasanya yang menyebarkan terdiri dari dua golongan, para “coach” atau anak buah yang nggak cukup happy dengan perlakuan atasannya. Yang saya sebut coach bisa muncul dalam berbagai wujud. Entah pembicara seminar, motivator, dll. yang pada prinsipnya bekerja seperti calo terminal, mengajak calon penunpang ke berbagai tujuan tapi dia sendiri mah nggak kemana-mana.

Intinya, pendapat saya pribadi seperti berikut:

  • Bos yang bersikap sebagai bos, wajar, normal.
  • Pemimpin yang bersikap sebagai pemimpin, ya memang sudah seharusnya begitu.
  • Bos yang bersikap sebagai pemimpin, ya sah sah saja, rugi dia sendiri untung dia sendiri.
  • Yang salah itu cuma satu, pemimpin yang bersikap sebagai bos.

Perbedaan Antara Bos dan Pemimpin

Harus sangat disadari bahwa bukan hanya dari sisi karakter, tetapi dari sisi fungsi dan tujuan pun memang ada perbedaan antara bos dan pemimpin yang sangat berbeda. Perbedaan fungsi itu membuat pendekatan kepemimpinan yang mereka terapkan mungkin akan sangat berbeda, sehingga cara mereka berfikir, berucap, bersikap, dan bertindak juga bisa jadi berbeda sehingga ujung-ujungnya yang kelihatan adalah karakternya berbeda.

Bos biasanya memiliki tujuan yang lebih sederhana. Tujuan bos biasanya lebih “egois”, entah untuk dirinya sendiri atau untuk bos yang lebih tinggi lagi. Misalnya saja, bos yang mengomandoi sebuah perusahaan tujuannya sangat jelas dan sederhana, memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, entah untuk dirinya sendiri kalau dia memang pemilik perusahaan, untuk bos besar pemilik perushaaan kalau dia sendiri merupakan eksekutif bayaran, atau para pemilik saham pada perusahaan berskala besar. Para karyawan yang bekerja di bawah komando bos ini memang diterima atau tidak, suka atau tidak, bukan merupakan bagian dari tujuan tetapi “bahan” untuk mencapai tujuan, sama halnya dengan bahan baku produksi, mesin, dan sebagainya.

Dalam hal ini karyawan bukanlah bagian dari tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah keuntungan. Keuntungan untuk siapa? Ya untuk dia sendiri kalau dia pemilik perusahaan, atau untuk para pemilik, investor, atau pemegang saham. Untuk karyawan? Ya karyawan perlu lah sejahtera. Kenapa? Karena kalau karyawan kurang sejahtera nanti produktivitasnya rendah, atau malah pada keluar kan susah kalau nggak ada karyawan. Dalam kondisi seperti itu apa bedanya gaji karyawan dan bahan bakar mesin produksi? Apa bedanya memberi kesejahteraan pada karyawan dengan pemeliharaan mesin produksi? Apa bedanya pendidikan dan pelatihan karyawan dengan “upgrade” mesin dengan yang lebih canggih? Akhirnya apa bedanya antara karyawan bergaji besar dengan mesin yang boros bahan bakar?

Nah coba bayangkan sekarang kalau kita berada di posisi si bos yang saya gambarkan tadi, dimana karyawan merupakan sarana sama halnya dengan bahan baku, mesin-mesin produksi, dll. apakah kita akan bersikap seperti bos yang nampak dalam gambar di atas di sisi kiri atau seperti pemimpin yang tergambar di sisi kanan?

Sementara pemimpin biasanya berada di dalam posisi dimana anak buah merupakan bagian dari tujuan, bahkan bukan hanya merupakan bagian dari tujuan tetapi merupakan tujuan utama. Anak buah disini tidak harus karyawan, bisa jadi anggota organisasi dimana kita menjadi ketua, atau penduduk saat kita bicara pemimpin kewilayahan seperti bupati, gubernur, atau bahkan presiden.

Kita ambil contoh yang paling sederhana sekaligus paling keren saja, seorang presiden. Tujuan dari semua yang dilakukan presiden adalah kesejahteraan rakyat, anak buahnya. Wajar kalau apapun yang dia lakukan bersifat partisipatif. Mengedepankan kebersamaan. Karena anak buah merupakan tujuan. Presiden berusaha meningkatkan ekspor, supaya pendapatan negara meningkat, agar ada cukup uang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dll. Siapa yang menikmati? Anak buah. Presiden berusaha meningkatkan produktivitas pertanian, supaya petani lebih sejahtera. Presiden berusaha membangun insfrastruktur, supaya kehidupan masyarakat lebih nyaman dan lancar. Kita bisa berputar-putar disitu menggali aneka contoh. Kita juga bisa beranjak ke sosok pemimpin lain yang skalanya lebih kecil misalnya ketua asosiasi pedagang pasar.

Ya tentunya memang ada sosok blunder seperti presiden yang alih-alih memikirkan kesejahteraan rakyat malah menumpuk kekayaan sendiri dengan merampok rakyatnya.

Menyamakan antara bos dan pemimpin itu konyol. Kalau tujuan masing-masing sudah sangat jelas berbeda, tentunya menyamakan antara bos dan pemimpin, berharap bos bertindak seperti seorang pemimpin itu konyol. Dan pada akhirnya memang kalau seorang bos berfikir, bersikap, dan bertindak seperti pemimpin, dia juga tidak akan bisa efektif mencapai tujuannya. Kalau si bos ini seorang eksekutif bayaran, ya taruhannya ditendang. Sebaliknya, pemimpin yang berfikir, bersikap, dan bertindak seperti bos juga layak dipentungi rakyat beramai-ramai. Kalau kita melihat ada seorang bos yang bersikap seperti pemimpin, ada dua kemungkinan, dia memimpin perusahaan miliknya sendiri dan punya jiwa sosial yang tinggi, atau dia cukup cerdas “bermain”, membuat anak buah lebih happy sehingga lebih termotivasi untuk bekerja keras membantu si bos mencapai tujuannya sendiri.

Jadi pada akhirnya, kalau anda tidak happy dengan pimpinan di tempat kerja, nggak usahlah berceramah soal beda antara bos dan pemimpin. Mengundurkan diri dan cari atasan lain saja. Maksudnya cari tempat kerja lain. Tapi dijamin deh, di tempat baru ya kurang lebih akan sama saja. Kalaupun beda, ya beda beda dikit lah. Kalau mau solusi yang lebih paripurna, ya jadikan diri anda bos. Menjadi bos untuk orang lain, atau setidaknya jadi bos untuk diri sendiri. Bagaimana caranya? Berwirausahalah. Anda tidak lagi akan tertekan karena bos yang tidak bersikap sebagai pemimpin. Anda akan memahami mengapa bos tidak bersikap sebagai pemimpin. Dan akhirnya anda akan mulai berhadapan dengan anak buah yang menuntut anda sebagai bosnya untuk bersikap sebagai pemimpin.

Bisa? Hey … anda bos. Tujuan anda adalah mendapat keuntungan sebesar-besarnya untuk anda sendiri, bukan untuk karyawan. Karyawan? Ya bagi-bagi dikit lah, biar mereka happy, biar mereka nggak kabur lalu membuka usaha sejenis dan akhirnya menjadi saingan anda. Repot kan kalau begitu. Hahaha.