Rescue anjing Bali merujuk pada aktivitas penyelamatan terhadap anjing di Bali yang mengalami kondisi memprihatinkan akibat berbagai macam alasan. Kelaparan, sakit, tua, dibuang, disiksa, dieliminasi, bahkan dibunuh untuk dimakan.

Populasi Anjing Bali

Bali memang memiliki populasi anjing yang jauh lebih tinggi dibandingkan kebanyakan wilayah lain di tanah air. Salah satunya mungkin secara religi dan kultural, masyarakat Bali memang terbiasa hidup berdampingan dengan anjing. Kalau di tempat lain, seperti di Pulau Jawa misalnya, jarang rumah yang memelihara anjing, di Bali sebaliknya, jarang rumah yang tidak memelihara anjing. Bahkan jarang yang anjingnya cuma satu.

Selain anjing yang dipelihara, ada juga anjing yang hidup liar. Biasanya anjing yang hidup liar ini berasal dari anjing peliharaan yang dibuang pemiliknya. Salah satu alasan pemilik anjing membuang anjing peliharaannya adalah karena sakit atau perilakunya dinilai mengganggu. Ada juga yang membuang anjing saat mereka masih kecil karena merasa kewalahan dengan jumlah anjing yang bertambah terus. Tidak semua anjing peliharaan yang dibuang sanggup bertahan. Biasanya anjing yang terbiasa disediakan makan akan kesulitan untuk mencari makan sendiri. Tapi mereka yang bertahan kemudian akan menjadi anjing liar yang beranak pinak juga.

Jumlah anjing di Bali semakin membengkak dengan adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang memelihara anjing ras. Ada yang didatangkan dari luar Bali untuk kemudian diperdagangkan di Bali, ada juga yang memelihara dengan tujuan untuk dikembangbiakan dan dijual.

Populasinya yang semakin banyak membuat anjing-anjing ras yang tadinya berharga mahal menjadi semakin murah. Ujung-ujungnya sebagian diantara mereka yang memelihara anjing ras pun membuang anjing peliharaannya. Kadang dengan alasan yang sangat sepele, bosan.

Permasalahan Anjing Bali

Dari populasi yang tinggi inilah aneka persoalan yang membuat banyak anjing Bali hidup sengsara di tanah kelahirannya sendiri.

Kelaparan

Umunya Anjing Bali yang kita kenal bukanlah jenis hewan liar yang hidup dan mencari mangsa di hutan seperti srigala. Mereka hidup berdampingan dengan manusia. Mereka yang liar biasanya mencari makan dari sisa-sisa makanan manusia, entah yang sengaja diberikan atau mengais makanan sisa. Tidak heran kalau banyak anjing liar hidup di sekitar pasar atau tempat pembuangan sampah.

Malnutrisi alias kelaparan yang membuat tubuhnya kurus dan lebih rentan dengan penyakit merupakan salah satu masalah yang paling banyak ditemui, terutama pada anjing liar. Siklus lingkaran setan dimulai di titik ini. Tubuhnya yang lemah membuat mereka kesulitan untuk bersaing mendapatkan makanan dengan anjing yang lebih sehat.

Penyakit

Seperti manusia, anjing juga bisa sakit. Seperti manusia, anjing sakit juga harus diobati, bahkan kalau sakitnya parah mungkin perlu dirawat inap. Sayangnya anjing tidak punya uang untuk membayar biaya dokter dan rumah sakit. BPJS-pun tidak ada. Jangankan anjing liar, bahkan anjing berpemilikpun belum tentu pemiliknya mau dan mampu menanggung biaya pengobatan saat anjingnya sakit. Banyak yang lebih memilih membiarkannya, bahkan membuangnya.

Kenyataanya memang biaya pengobatan untuk hewan malah lebih mahal dari biaya pengobatan manusia. Apalagi jika pengobatan itu dilakukan oleh dokter hewan berpengalaman di klinik hewan ternama.

Sebetulnya sejumlah penyakit dengan tingkat fatalitas tinggi bisa dicegah dengan vaksinasi. Sayangnya vaksin lengkap untuk anjing tidaklah murah. Apalagi pemberiannya harus diulang setiap tahun. Pemilik harus cukup telaten dan cukup dana untuk memastikan antibodi pada anjingnya selalu aktif. Lalu bagaimana dengan anjing liar?

Kekerasan

Tidak semua suka dengan anjing. Bahkan ada yang jijik atau takut. Kalau mereka yang tidak suka, jijik, atau takut itu cukup menyelesaikan masalahnya dengan menjauh, mungkin tidak menjadi masalah. Sayangnya banyak yang bersikap berlebihan. Mengusir, bahkan dengan kekerasan. Menimpuk, memukul, atau menendang misalnya. Bahkan ada yang menggunakan alat seperti tonkat, balok, atau senjata tajam.

Melihat anjing dengan luka menganga akibat tebasan senjata tajam.

Ketidaksukaan orang dengan anjing juga sering dimanifestasikan dengan mengganggu. Misalnya anjing diam ditimpuk. Anjing berjalan ditendang. Bahkan anak-anak ada juga yang entah disuruh atau dibiarkan mengganggu anjing. Lalu reaksi negatif anjing, seperti menggonggong, mengejar, atau menggigit mereka jadikan alasan untuk melakukan tindak kekerasan.

Terkadang kekerasan dilakukan oleh sosok yang dipercayainya, yang seharusnya menyayanginya. Contoh kasusnya misalnya pemilik anjing memutuskan membunuh anjing miliknya karena dianggap galak dan membahayakan orang lain.

Kecelakaan

Pembangunan yang merata sampai ke desa-desa membuat jalan-jalan yang dilalui kendaraan bermotor ada di mana-mana. Sementara di sisi lain perilaku pengemudi tidak selamanya penuh kehati-hatian. Tidak jarang perilaku pengemudi yang tidak bertanggung jawab kemudian menyebabkan kecelakaan. Entah dalam bentuk kecelakaan tunggal, bertabrakan dengan kendaraan lain, bahkan menabrak pejalan kaki. Banyak diantara kecelakaan itu berakibat fatal, luka berat sampai kematian.

Hal yang sama juga menimpa anjing. Apalagi meskipun dipersepsikan sebagai hewan yang cerdas, anjing tetap saja hewan. Menjaga diri agar tidak menjadi korban kecelakaan lalu lintas mungkin bukan keterampilan yang benar-benar dikuasainya. Sementara perilaku pengemudi, kalau dengan manusia saja mereka kadang tidak cukup hati-hati sehingga menimbulkan kecelakaan, apalagi dengan hewan, meskipub itu anjing.

Tidak heran kalau banyak anjing Bali yang cacat akibat kecelakaan. Kalau dia anjing jalanan, bagaimana dia bisa bersaing dengan anjing-anjing sehat untuk mencari makan? Apakah kalau itu anjing berpemilik jadi lebih baik? Belum tentu juga. Tidak semua kondisi fisik akibat kecelakaan bisa disembuhkan. Kalaupipun bisa, penyembuhan patah tulang yang melibatkan operasi biayanya tidak murah. Kadang pemilik anjing memilih jalan pintas, membuangnya.

Konsumsi

Sejatinya anjing punya tempat khusus dalam tatanan religi dan tradisi Hindu Bali. Karena itu mengkonsumsi daging anjing bukan tradisi Bali.

Tetapi magnet ekonomi Bali yang menyedot banyak orang dari tempat-tempat lain untuk mencari penghidupan di pulau yang bergelimang dolar dari industri pariwisata membuat praktek makan daging anjing terasa lumrah di Bali. Apalagi seperti hal-hal lain, sebagian masyarakat Bali juga ada yang ikut-ikutan menggemari daging anjing. Ada yang sengaja menangkapi anjing liar bahkan mencuri anjing berpemilik untuk dijual pada para pemakan daging anjing. Bahkan ada pemilik anjing yang sengaja menyuruh mereka yang gemar memakan daging ajing untuk mengambil anjing miliknya yang kehadirannya tidak lagi diinginkan.

Perdagangan komersial daging anjing sudah secara resmi dilarang di Bali. Karena itu warung-warung RW yang dulu banyak ditemui, tidak terlihat lagi. Tetapi perdagangab yang sembunyi-sembunyi dab konsumsi yang dilakukan sendiri atau berkelompok tanpa unsur jual-beli masih tetap ada.

Eliminasi

Bali masih merupakan kawasan yang termasuk “zona merah” rabies. Artinya di Bali masih ditemukan kasus-kasus rabies. Meskipun ada hewan-hewan lain yang diketahui dapat terjangkit dan menyebarkan penyakit mematikan itu, hampir semua kasus rabies di Bali diakibatkan gigitan anjing.

Biasanya kalau ada kasus manusia yang digigit anjing dan dinyatakan positif rabies, semua anjing di sekitar tempat kejadian akan dieliminasi alias dimusnahkan tanpa kecuali. Argumennya untuk memutus penyebaran. Meskipun pada kenyataanya kasus-kasus rabies tetap terjadi.

Tadinya, sekitar tahun 80-90an, Bali merupakan wilayah bebas rabies. Penyebaran rabies ke Bali ditenggarai diakibatkan masuknya anjing-anjing ras yang ditangkarkan di luar dan dibawa masuk ke Bali untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan.

Rescue Anjing Bali

Aktivitas rescue anjing Bali dilakukan untuk menyelamatkan anjing dalam kondisi buruk tersebut. Yang paling utama tentunya menyelamatkan nyawanya. Sementara tujuan akhirnya adalah memberikan kehidupan normal sebagai hewan peliharaan.

Penyelamatan

Biasanya langkah rescue yang pertama adalah mengambil anjing yang menjadi sasaran dari lokasi awalnya supaya terbebas dari kondisi buruk yang mengganggu kenyamanannya atau bahkan mengancam nyawanya.

Proses penyelamatan ini tidak selalu mudah, karena bagaimanapun anjing termasuk golongan hewan buas yang memiliki naluri untuk melawan siapapun yang membuatnya merasa terancam, termasuk mereka yang berniat baik menyelamatkannya. Situasi lebih menyulitkan kalau anjing tersebut mengalami kekerasan dari manusia, sehingga kehadiran mereka yang datang untuk menolongpun dianggapnya sebagai ancaman.

Rescue anjing Bali yang liar sejak lahir biasanya lebih menyulitkan lagi. Selain kecurigaannya terhadap manusia cenderung lebih tinggi, kecekatannya untuk melawan atau melarikan diri juga jauh di atas anjing peliharaan.

Di Bali rescue anjing menuntut kehati-hatian lebih karena Bali masih merupakan wilayah positif rabies. Kalau dalam proses rescue ini dia sampai menggigit, persoalannya bukan sekedar luka, tapi juga resiko tertular penyakit mematikan itu.

Rehabilitasi

Tergantung kondisinya saat di-rescue, kondisi anjing dipulihkan terlebih dahulu, baik fisik maupun mental. Jika ada luka atau sakit, disembuhkan dulu. Kondisi fisik yang buruk sering kali membuat anjing harus cukup lama menjalani penyembuhan di klinik hewan. Proses penyembuhan ini juga sering kali memerlukan tindakan medis yang mahal, seperti operasi tulang misalnya.

Operasi untuk menyembuhkan patah tulang melibatkan setidaknya dua kali pembedahan untuk memasang dan melepas pen. Waktu yang diperlukan untuk pemulihan bisa berbulan-bulan. Biayanyapun sangat besar, bisa mencapai 5 sampai 10 juta per kasus. Padahal ada kalanya anjing mengalami fraktur alias patah tulang di lebih dari satu titik.

Setelah kondisi fisiknya cukup baik, anjing mulai dibiasakan untuk berinteraksi dengan manusia dan anjing lain. Trauma psikis dan kehidupan keras di jalanan sering membuat proses ini memakan waktu lama.

Adopsi

Setelah kondisi fisik anjing sepenuhnya pulih, daya tahan tubuhnya ditingkatkan lewat vaksinasi, disteril agar tidak betkembang biak lagi, dan perilakunya sudah cukup jinak untuk bisa hidup bersama dengan manusia dan anjing lain, anjing akan ditawarkan untuk diadopsi.

Proses adopsi ini juga tidak kalah menuntut perjuangan. Untuk anjing ras, yang kalau membeli harganya bisa berjuta-juta, biasanya banyak yang berminat. Tapi anjing Bali yang sering juga disebut sebagai anjing kampung atau anjing kacang, ceritanya sangat berbeda. Tidak banyak yang tertarik untuk mengadopsi anjing Bali.

Apalagi kalau anjing Bali yang diadopsikan itu sudah menginjak usia dewasa, dimana perubahan perilaku sudah sangat sulit dilakukan. Dalam banyak kasus, anjing Bali dewasa, hanya bisa menjadi cukup jinak untuk tidak agresif, tapi tetap sulit untuk bisa disentuh, dipeluk, digendong, dimanja-manja.

Sedikit lebih mudah jika yang diadopsikan anjing muda apalagi puppy alias anak-anak anjing yang masih lucu menggemaskan dan cenderung senang menerima sentuhan kasih sayang dari siapapun.

Shelter Anjing Bali

Jika setelah proses pemulihan anjing gagal mendapatkan keluarga yang bersedia menyediakan tempat sebagai anggota keluarga baru di rumahnya, mereka akan menjadi penghuni tempat penampungan, shelter. Sedianya shelter anjing Bali ini merupakan tempat sementara, menunggu anjing teradopsi. Sayangnya sulitnya mendapatkan pengadopsi membuat banyak anjing menjadi penghuni shelter seumur hidupnya.

Itulah yang membuat kebanyakan shelter anjing Bali kewalahan dengan jumlah populasinya yang terus meningkat. Jumlah yang di-rescue jauh lebih banyak dari jumlah yang teradopsi.

Aktivis Rescue Anjing Bali

Ada banyak organisasi dan individu yang tergerak hatinya untuk mengulurkan tangan menolong anjing Bali yang terlantar. Sebagian besar merupakan yayasan yang digawangi orang asing atau individu orang asing yang menetap di Bali.

Meskipun begitu ada juga orang Indonesia yang melakukan hal yang sama. Salah satu orang Indonesia yang mendedikasikan hidupnya untuk menolong hewan terlantar, khususnya anjing dan kucing adalah Tio Russ, yang bekerja dengan bendera organisasi yang didirikan dan dikomandoinya sendiri, Bali Rumah Singgah Satwa alias BaliRUSS.

Setiap hari lebih dari satu kasus yang ditangani BaliRUSS. Untuk mengadopsikan hewan yang sudah direhabilitasi, BaliRUSS bekerja sama dengan beberapa fihak yang menyediakan tempat, mengadakan “adoption day” setiap minggu. Meskipun setiap adoption day hampir selalu ada hewan yang teradopsi, mereka yang antri menunggu adopsi tetap sangat banyak. Shelter BaliRUSS saat ini dihuni hampir 500 ekor anjing dan kucing.

Tertarik untuk Berpartisipasi?

Meskipun ada sejumlah organisasi, yayasan, dan individu yang aktif dalam kegiatan rescue anjing Bali, anjing Bali yang hidup dalam kondisi terlantar masih sangat banyak. Karena itu uluran tangan anda sangat dibutuhkan, baik melakukannya sendiri maupun melalui lembaga ataupun individu yang sudah bergerak lebih dahulu.

Yang paling sederhana tentu dengan memberikan bantuan, baik dalam bentuk dana ataupun logistik. Dana besar biasanya diperlukan untuk menutup biaya operasi, tagihan klinik, dan biaya hidup hewan yang menghuni shelter. Bantuan dalam bentuk barang bisa berupa bahan makanan, handuk dan selimut, obat-obatan, kandang, dan sebagainya.

Tetapi jika anda memiliki waktu cukup dan memang tinggal di Bali, anda bisa melibatkan diri menjadi volunteer yang menbantu dengan pikiran, tangan, dan tenaga, termasuk terlibat dalam operasi rescue anjing Bali di lapangan.