Heboh Tempat Lahir Bung Karno

Kesalahan Presiden Jokowi yang menyebut Kota Blitar sebagai tempat kelahiran proklamator kemerdekaan sekaligus Presiden Republik Indonesia pertama, Bung Karno, ramai menjadi perbincangan netizen. Selain sejumlah media online, ranah media sosial juga tidak kalah heboh, terutama oleh kalangan “haters” yang menggunakan isu ini sebagai amunisi untuk mencemooh presiden yang sepertinya tidak mereka sukai ini.

Ada banyak argumen yang dipergunakan para “haters” untuk memojokkan Presiden Jokowi, dari mulai rendahnya kadar nasionalisme sampai kurangnya pengetahuan umum bahkan ada yang menghubungkannya dengan pembohongan publik. Lucu sih, masa iya ada seorang presiden cukup bodoh untuk membohongi publik dengan “memindahkan” tempat kelahiran seseorang, apalagi sosok tersebut merupakan satu dari segelintir sosok paling dihormati, bukan hanya di negeri ini tapi bahkan di mata dunia internasional.

Terus terang saja, saya pikir juga Bung Karno itu lahir di Blitar. Bukan tebak-tebakan, tapi karena saya juga sempat membaca dari beberapa sumber. Memang sudah cukup lama sih, jaman masih sekolah, tapi saya masih sangat yakin dengan ingatan saya. Dalam salah satu referensi yang pernah saya baca dulu, ada juga disebut alasan presiden penggantinya memakamkan beliau di Blitar ya karena Blitar merupakan kota kelahirannya.

Baru setelah heboh sekarang ini kemudian sejumlah sejarawan yang dikutip media-media berita memberi pencerahan bahwa Bung Karno lahir di Surabaya, bahkan rumah tempat beliau dilahirkan pun ada disebut alamatnya. Konon alamat itu masih ada dan dapat dikunjungi. Ada juga rujukan pada informasi bahwa keputusan Pak Harto memilih Blitar sebagai tempat pemakaman Bung Karno bukanlah harena Blitar merupakan kota kelahirannya, tetapi menempatkannya berdekatan dengan tempat peristirahatan terakhir ibunda yang konon sangat dihormatinya.

Kalo buat saya sih untung saja Presiden Jokowi “keseleo”, kalau tidak sepertinya entah untuk berapa lama lagi saya akan tetap “sok tahu”, merasa tahu bahwa Bung Karno lahir di Kota Blitar, tempat dimana kemudian beliau dimakamkan.

Apa perlu kemudian menggunakan isu tersebut untuk memojokkan Presiden Jokowi? Koq cemen amat ya. Kalo mau mendiskreditkan seorang presiden itu coba deh pilih isu yang lebih serius. Lupa, nggak tau, kelewat baca, atau hal-hal sejenisnya kan sangat manusiawi, bahkan untuk seorang presiden sekalipun. Sebagian orang pernah luput mengucapkan selamat ulang tahun kepada ayah atau ibu kandungnya sendiri, hanya karena lupa. Apa kemudian kita akan mengatakan bahwa mereka anak-anak durhaka? Nggak se-“lebay” itu kan.

Apalagi kemudian beredar klarifikasi dari staf kepresidenan yang mengakui bahwa kejadian tersebut adalah akibat dari kesalahan mereka yang artinya bukan semata-mata kesalahan presiden. Tapi lagi-lagi, penjelasan itupun disikapi dengan “nyinyir”. Dari tudingan menggunakan anak buat sebagai bemper sampai ketidakmampuan memimpin sehingga kesalahan anak buah bisa sampai mempermalukan sang atasan tanpa sempat terdeteksi sebelumnya. Dan lagi-lagi inipun kalo menurut saya sih juga lebay.

Ya memang salah, setidaknya Presiden Jokowi memang melakukan kesalahan dengan mengucapkan sesuatu yang salah. Tetapi apa yang kemudian muncul sebagai reaksi dari sebagian kalangan ya memang lebay, membesar-besarkan hal kecil hanya untuk mendiskreditkan seseorang itu ya apalagi namanya selain lebay.

Mudah-mudahan Pak Jokowi dan para stafnya dapat mengambil hikmah dari kejadian ini. Kesalahan besar yang dilakukan “orang kecil” mungkin efeknya boleh dibikang tidak ada. Kalaupun ada mungkin hanya berpengaruh pada dirinya sendiri atau sebesar-besarnyapun mempengaruhi orang-orang di sekitarnya saja. Tapi bagi “orang besar”, kesalahan kecil pun bisa menghebohkan. Saya kira memang perlu keterbukaan untuk mengakui juga, bahwa Presiden Jokowi dan jajarannya memang sering membuat kesalahan-kesalahan nggak penting model begini.