Minggu pagi sebagian kita dikejutkan tersiarnya berita sebuah mobil sport mewah Lamborghini Gallardo yang menyeruduk pedagang susu yang sedang berjualan di pinggir jalan di Surabaya. Selain merusak lapak dan meluka sepasang suami-istri pedagangnya, peristiwa itu juga menewaskan seorang pria yang sedang membeli susu. Rupanya si pedagang yang menghadap ke arah jalan melihat datangnya mobil dan sempat menghindar, sementara si pembeli yang posisinya membelakangi jalan bernasib lain.
Konon Lamborghini penyebab kecelakaan ini sedang melakukan aksi balapan liar, kejar-kejaran dengan mobil sport yang tidak kalah mentereng, sebuah Ferrari berwarna merah yang kabarnya sampai sekarang belum teridentifikasi. Rupanya lengangnya jalanan di pagi-pagi buta ini dimanfaatkan segelintir orang-orang yang memiliki kelebihan materi untuk melakukan perbuatan tercela, balapan liar, tak ubahnya mereka yang dicap berandalan dan preman yang meggelar balapan liar dengan sepeda motor yang dimodifikasi apa adanya.
Sementara si pengemudi keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa kesulitan berarti dan tanpa luka berarti. Bahkan beberapa hari kemudian publik melalui jaringan social media kembali dibuat geram dengan beredarnya foto-foto si pengemudi yang dalam kondisi sehat wal afiat cengengesan ber-selfie bersama teman-temannya. Sepertinya memang sistem keamanan dan keselamatan mobil super mahal ini memang sangat mumpuni.
Lucunya, dilansir salah satu situs berita, si pengemudi mengaku hanya memacu kendaraannya dengan kecepatan 80 kilometer per jam saja. Pastinya isapan jempol. Entah tipe Gallardo apa yang dikemudikannya, tapi paling tidak sebuah Lamborghini Gallardo memiliki mesin 5000cc, tenaga yang dihasilkannya di atas 500 daya kuda, dan sanggup dipacu hingga kecepatan lebih dari 300 kilometer per jam. Nah kalau mobil dengan tenaga seganas itu sedang berpacu melawan sebuah Ferrari yang sama-sama menggendong mesin bertenaga besar, apa iya hanya dipacu pada kecepatan 80 kilometer per jam. Belum lagi, mobil ini sangat ceper, sehingga untuk bisa meloncati trotoar, pastinya perlu kecepatan sangat tinggi.
Kecelakaan atau Pembunuhan
Sebagian orang melihat peristiwa ini kecelakaan. Sama kasusnya dengan peristiwa tewasnya sejumlah orang dalam kecelakaan tragis yang melibatkan anak musisi papan atas Achmad Dhani atau anak mantan pejabat tinggi dan politisi ternama Hatta Rajasa. Dianggap kecelakaan dan karenanya si pelaku bisa melenggang begitu saja hanya dengan kesediaan orang tuanya merogoh saku untuk memberikan sedikit santunan kepada keluarga korban.
Saya sendiri melihat peristiwa ini sebagai peristiwa pembunuhan. Memang mungkin si pengemudi tidak sengaja menabrakan mobil yang dikemudikannya ke arah gerombolan orang sehingga menimbulkan korban. Karena satu dan lain hal, si pengemudi gagal mengendalikan kendaraan yang dikemudikannya. Tetapi hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi, atau kalaupun terjadi efeknya tidak akan terlalu berat, jika kendaraan tidak dipacu dengan kecepatan sangat tinggi, melebihi apa yang boleh dilakukan di jalanan umum.
Jadi ini persoalannya. Mungkin memang tabrakannya sendiri bukan kesengajaan. Tetapi melakukan sesuatu yang memang berpotensi menyebabkan kejadian itu, itu jelas kesalahan yang disengaja. Dia memacu kendaraannya demikian cepat, berpacu dalam balapan liar, itu sesuatu yang disengaja dan disadari, dan semua orang waras sudah seharusnya menyadari resikonya. Kalau begitu apa benar-benar fair kejadian ini dianggap sebagai kecelakaan? Sama seperti misalnya saja sebuah truk yang terlibat kecelakaan karena rem-nya blong?
Leave A Comment