Sudah sejak saya masuk SMA lalu dilanjutkan masuk universitas saya memang “nyumpahin” ritual orientasi yang kemudian sekarang untuk level sekolah disebut sebagai Masa Orientasi Sekolah (MOS). Alasan ketidaksetujuan saya sama dengan ketidaksetujuan kebanyakan orang, peserta dijadikan kambing congek, kebo dungu, ato apapun istilah sejenis yang merujuk pada membiarkan diri diperlakukan sebagai orang dungu. Pita warna warni, tas dari karung, narik kaleng bekas, pake topi dari bola bekas, dan ketololan-ketololan lainnya.

Bukan cuma dari sisi penampilan, kebanyakan aktivitas juga sama sekali tidak relevan dengan keluhuran budi pekerti yang seharusnya diajarkan lembaga pendidikan. Ada yang benar-benar gak ada hubungannya, ada juga yang kemudian sengaja dibuat melenceng oleh oknum panitia dan senior. Semisal saja berkenalan dengan meminta tanda tangan senior dimana masing-masing senior memerintahkan melakukan hal-hal konyol sebelum memberikan tanda-tangannya. Tidak jarang senior mencuri-curi kesempatan dengan melakukan sesuatu yang membuat mereka bisa menyentuh bagian-bagian sensitif peserta wanita.

Beberapa tahun terakhir situasi sedikit membaik. SEDIKIT, kata itu perlu dicatat. Sedikit merujuk pada tidak ada lagi pernah terdengar kekerasan berlebihan yang dulu bahkan sering sampai merenggut nyawa. Di beberapa perguruan tinggi elite negeri ini bahkan sepertinya kematian satu-dua orang peserta dalam ritual orientasi menjadi sesuatu yang biasa. Tapi ketololan tetap terjadi dan menjadi pemandangan yang lumrah terlihat pada masa-masa masuk sekolah seperti saat ini. Gerombolan anak-anak dengan pakaian aneh-aneh misalnya.

Saya kira ini ketololan berjamaah, meskipun biasanya orang cenderung menunjuk keinginan para senior untuk “membalas dendam” atas perlakuan yang mereka terima saat mereka baru masuk dulu. Salah satu aspek ketololannya nih, mengajari mereka membalas pada orang lain, seperti cerita hakim arab yang terkenal itu. Kalo belum pernah denger cerita ini, mungkin kapan-kapan saya tulis di posting.

Mungkin memang senior merupakan kelompok yang paling bersemangat dengan kekonyolan ini. Banyak orang mengaitkannya dengan dendam itu tadi. Tapi entah SMP, SMU, bahkan perguruan tinggi sekalipun mereka tetaplah “anak-anak” yang memang memiliki kecenderungan nakal dan karena itu perlu aturan. Kalau para guru dan kepala sekolahnya membiarkan itu terjadi di depan hidungnya, jadi siapa yang salah? Sama saja dengan polisi membiarkan angkot ngetem di depan hidungnya bukan? Lalu kemana otoritas yang lebih tinggi lagi? Dari level terendah sampai kementrian? Semua seolah memang anteng membiarkan itu terjadi terus-menerus.

Setiap tahun selain pemandangan miris para calon intelektual penerus estafet pembangunan bangsa diperlakukan seperti orang dungu, berseliweran pula pendapat berkenaan dengan itu di sosial media. Tapi ya sejauh ini sih seperti banyak hal lain di negeri ini, berlalu begitu saja sebatas wacana.

anies-baswedan-stop-mosUntunglah tahun ini sepertinya kita mendapatkan seorang mentri pendidikan yang memiliki pendapat seperti saya dan anda, orientasi, MOS, yang model-model seperti sering kita lihat selama ini dipandang sebagai bentuk pelecehan dan karena itu harus dibuang jauh-jauh. Berita menunjukkan bagaimana Anies Baswedan, sang mentri, langsung menyuruh peserta menanggalkan atribut konyol pada saat beliau melakukan inspeksi mendadak. Beliau bahkan mengancam akan menindak guru dan kepala sekolah yang membiarkan hal itu tetap terjadi.

Tinggal kita lihat saja apakah benar-benar terjadi. Apakah tradisi konyol ini akan benar-benar terhenti. Berapa kasus pelanggaran yang masih terjadi. Berapa guru dan kepala sekolah yang terkena sanksi. Kalau tahun ini masih ada karena Pak Mentri baru memerintahkan penghapusan sekarang, mudah-mudahan mulai tahun depan tidak ada lagi. Periode orientasi yang mungkin memang diperlukan bagi peserta didik baru dapat diisi dengan aktivitas yang relevan dan bermartabat, sama tinggi martabatnya dengan sekolah dan universitas sendiri sebagai sebuah wahana pendidikan dimana bukan hanya ilmu pengetahuan tetapi juga moral dan karakter anak bangsa dibangun. Semoga.