Berputar-putar di Discovery Shopping Mall mencari-cari yang tidak ada ternyata lumayan melelahkan. Berjalan ke arah teras belakang dimana terdapat plaza luas menghadap pantai untuk sekedar melepas lelah dengan duduk-duduk di anak tangga sambil memandangi keindahan pantai kuta yang legendaris itu. Sayangnya mendekati gerbang nampak keramaian banyak orang masuk bersamaan, agak berdesak-desakan. Ternyata hujan mendadak turun cukup deras. Memang dari sejak meluncur di perjalanan menuju kawasan Kuta awan berat nampak menyelimuti langit.

Rencana berubah. Mencari tempat nongkrong di dalam mall saja. Masih agak sore, belum waktunya makan malam. Sementara hujan membuat ruangan mall yang ber-AC terasa semakin dingin. Apalagi kombinasi sempurna antara hujan di luar, udara dingin, dan badan yang agak lelah membuat mata terasa agak berat. Jadi sepertinya cukup jelas apa yang harus dicari … kopi.

Jadi mulailah pencarian kopi. Sayangnya sebagai penggemar kopi otentik saya sangat fanatik dengan kopi single origin yang diproses dengan cara tradisional. Kalaupun dibuat dengan mesin modern, setidaknya kopinya harus single origin dan tidak ada campur-campuran aneh-aneh yang membuat namanya ikutan aneh pula. Cappuccino, latte, macchiato, entah apa lagi. Gimana nggak aneh-aneh itu nama. Bahkan saya tidak benar-benar tahu persis tulisan yang benar. Huruf mana saja yang double dari nama-nama itu.

Gerai kopi modern yang saya tau menawarkan single origin ternyata tidak memiliki outlet di mall ini. Yang ada Starbucks, kedai kopi ala Amrik yang (menurut saya) rasanya tidak seberapa tapi harganya seberapa banget. Tidak bisa menerima campuran susu pada kopi, dalam menu Starbucks yang bisa saya terima hanya Americano. Nah kopi yang satu ini menurut lidah saya nggak enak luar biasa. Nggak cuma di Starbucks sih, saya memang gak suka Americano, encer gak ada rasanya. Entah kenapa orang Amrik koq doyan. Eh iya kan ya itu kopi dari sono makanya namanya Americano?

Akhirnya sepertinya pilihan mulai bergeser. Sedikit makanan ringan plus minuman hangat, bukan kopi pun nggak apa-apa. Maka terdamparlah kami di Hawaiian Bistro, yang lokasinya memang berada persis di pintu belakang DSM, menghadap pantai. Lumayan, bisa sambil menikmati pemandangan rintik hujan yang jadi nampak seperti tirai dengan background lautan yang juga nampak gelap karena memang cuacanya sedang hujan.

Membolak-balik menu dan memilih makanan, ternyata ada juga kopi. Tapi sayangnya kopinya kopi model-model yang saya sebut aneh-aneh tadi. Kadung aneh akhirnya mata saya tertuju pada sajian yang justru lebih aneh lagi. Berada di luar kelompok kopi, dari penjelasannya sangat jelas sejelas-jelasnya bahwa dia mengandung kopi. Ah tapi dingin itu menu, disebut pake es krim. Sangat bertentangan dengan gagasan awal, mencari kehangatan. Tapi akhirnya saya menyerah kalah, memutuskan memanjakan rasa penasaran saya dengan keanehannya.

Berdasarkan penjelasan di menu, kopi ini tidak diminum. Karena kopinya merupakan espresso yang berbentuk jelly alih-alih cair. Konon kemudian ditambahkan es krim di atasnya lalu dituangi kahlua. Kahlua ini minuman beralkohol asal Meksiko. Entah dari mana datangnya ini menu. Nama restorannya Hawaiian Bistro, tapi menu yang satu ini nggak ada hawai-hawainya sama sekali. Espresso mestinya sih datangnya dari Itali. Sementara kahlua dari meksiko. Es krim? Rasanya sih es krim dimana-mana ada. Tapi ya sudahlah, entah darimanapun asal enak ya gak apa-apa.

Lalu datanglah menu yang dipesan ini setelah menunggu sekitar 10 menitan. Persis seperti foto. Disajikan di gelas segi tiga, seperti gelas untuk minuman martini tetapi tanpa kaki. Atau kakinya nggak panjang tapi pendek dan tebal. Kalo kata emak-emak mah ini bukan high heel tapi wedges. Setengahnya berisi kopi, atau bahan berwarna seperti kopi. Diatasnya ditaro satu scoop es krim berwarna putih krem. Bulatan es krimnya tidak sebesar permukaan kopinya, jadi ada ruang kosong yang diisi cairan kental dengan warna yang sama dengan es krimnya. Setelah dicicipi ternyata campuran lelehan eskrim dan kahlua. Top of the top, setangkai kecil pucuk mint nancep di atas es krim.

Entah rasa apa es krimnya. Mungkin vanilla atau karamel. Mungkin sengaja dipilih yang netral supaya tidak mengganggu rasa dan aroma kopinya. Bayangkan saja kalo yang dipake es krim stroberi. Selain rasanya nggak nyambung, wangi kopinya mungkin akan hilang, warnanya yang pastinya pink gak akan pantes nempel di warna coklat kopi.

Pertama dicoba rasa es krimnya. Lalu campuran es krim dan kahlaua … enak. Ditekan lebih dalam sendok bertemu dengan sesuatu yang padat. Baru ingat kalau kopinya memang tidak cair tapi berbentuk jelly. Tapi dirasa-rasa sepertinya agak kurang cocok disebut jelly. Lebih keras dari jelly. Lebih mirip agar-agar atau mungkin pudding. Dicoba jelly kopinya saja, rasa dan aroma kopinya sangat kuat. Confirmed kalau ini espresso, keras, nendang. Rasanya pahit. Sepertinya sengaja dibuat pahit, tanpa gula. Rasa manisnya muncul ketika disendok bercampur dengan es krim.

Kombinasi manis dan dinginnya es krim, gurihnya kahlua, dan pahitnya kopi ternyata menimbulkan sensasi yang luar biasa. Enak benerrr. Saya nggak suka es krim, saya nggak suka espresso, dan kalo bicara minuman beralkohol saya juga nggak sengajain minum kahlua. Tapi ternyata digabungkan rasanya enak pake banget.

Sayangnya … namanya lupa.