Sempat lama tinggal di Bandung membuat Ibu Kota Propinsi Jawa Barat ini serasa seperti kampung halaman kedua di samping kota kelahiran saya. Bahkan saya sebetulnya lebih merasa betah tinggal di Bandung daripada di kota tempat dimana saya dilahirkan dan kebanyakan keluarga dan kerabat tinggal sampai sekarang. Sayangnya jalan hidup membuat saya kemudian memilih tempat lain sebagai rumah, dan berkunjung ke Bandung hanya untuk sekedar jalan-jalan atau keperluan yang berhubungan dengan pekerjaan saja.

Berita mengenai kemacetan kota Bandung khususnya di sekitar weekend atau saat hari libur membuat saya memilih hari-hari “aman” untuk mngunjungi Bandung, sehingga kalaupun sekali-sekali terjebak macet, rasanya tidak terlalu parah. Kesempatan itupun juga tidak sering saya dapatkan, dalam setahun mungkin hanya sekali atau dua kali saja. Selain itu karena saya juga pernah bertahun-tahun mencicipi kemacetan Jakarta, sedikit-sedikit macet saat hari kerja di Bandung tidaklah cukup untuk membuat saya mengeluh.

Tapi kemarin, tepatnya hari Minggu malam di penutup weekend saya berkesempatan berkendara memasuki Kota Bandung dari arah Cirebon. Saat itu hari sudah cukup malam, sekitar jam 8 lewat-lewat sedikit. Tetapi kemacetan sudah menjebak bahkan dari seputaran Jatinangor, kawasan kampus yang berada di perbatasan antara Bandung dan Sumedang. Tadinya jarak yang saya fikir tinggal sedikit untuk mencapai mulut tol membuat jebakan kemacetan tidak akan berlangsung terlalu lama.

Salah besar ternyata. Setelah hampir 2 jam di tengah kemacetan akhirnya saya memilih untuk menepi dan beristirahat, berharap bahwa semakin malam kemacetan akan mulai terurai. Solusi sederhana, tidur di pom bensin.

Melihat jalanan di depan pom bensin lalu-lintasnya nampak sudah mulai normal, saya bergerak kembali, berharap bisa memasuki Kota Bandung dengan cukup cepat. Seratus meter, dua ratus meter, satu kilometer, saya mulai berfikir bahwa tebakan saya benar, lalu-lintas sudah lancar.

Ternyata saya tidak bisa menyimpan senyum lebar terlalu lama karena mendekati Cileunyi lalu-lintas kembali mulai tersendat dan akhirnya mulai terkunci lagi. Kemacetan tengah malam ini terjadi sampai ke gerbang tol. Alhasil memasuki kawasan Jatinangor sekitar jam 8-9, saya baru bisa mencapai Kota Bandung lewat tengah malam, sekitar jam 1 dini hari.

Ternyata kota yang tadinya saya kenal tenang dan bersahabat ini sudah tumbuh menjadi salah satu metropolitan dengan segala masalah yang menyertai atribut tersebut, itu tadi salah satunya, kemacetan yang ternyata tidak kalah dengan Ibu Kota Jakarta.